Umat
muslim dikenal sebagai umat moderat (ummatan wasathan), yaitu tidak
bersikap ekstrim kanan maupun ekstrim kiri. Sikap moderat ini penting dilakukan
agar meraih kesuksesan dalam meniti berbagai jalan kehidupan, terutama dalam
menjalankan ajaran agama Islam.
Dalam
beragama, kita harus memiliki rasa takut atas keadilan Allah SWT (khauf)
sekaligus penuh harap atas rahmat Allah SWT (raja’). Jangan sampai kita
bersandar pada salah satunya
saja dan mengabaikan yang lain. Sebab, jika sikap raja’ kita lebih dominan, niscaya kita akan terjerumus ke dalam “rasa aman total” yang membuat kita malas ibadah dan rajin maksiat. Sikap seperti ini dikecam oleh Allah SWT dalam Surat al-A’raf: 99, “Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi”. Sebaliknya, jika sikap khauf kita lebih dominan, niscaya kita akan terjerumus ke dalam “jurang keputus-asaan” yang membuat kita bersikap apatis dan pasif dalam menjalani kehidupan. Untuk itu, patutlah kita renungkan pesan Nabi Ya’qub AS yang termaktub dalam Surat Yusuf: 87: “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
saja dan mengabaikan yang lain. Sebab, jika sikap raja’ kita lebih dominan, niscaya kita akan terjerumus ke dalam “rasa aman total” yang membuat kita malas ibadah dan rajin maksiat. Sikap seperti ini dikecam oleh Allah SWT dalam Surat al-A’raf: 99, “Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi”. Sebaliknya, jika sikap khauf kita lebih dominan, niscaya kita akan terjerumus ke dalam “jurang keputus-asaan” yang membuat kita bersikap apatis dan pasif dalam menjalani kehidupan. Untuk itu, patutlah kita renungkan pesan Nabi Ya’qub AS yang termaktub dalam Surat Yusuf: 87: “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
Dengan
demikian, sikap terbaik yang harus kita lakukan adalah memadukan antara sikap raja’
dan khauf secara bersamaan. Inilah sikap yang adil dan lurus. Harmoni
sikap raja’ dan khauf itulah yang menjadi jalan hidup para
kekasih Allah SWT dan orang-orang pilihan-Nya, selaras dengan Surat al-Anbiya’:
90, “Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya
dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang
baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap [raghaba = raja’] dan cemas
[rahaba = khauf]. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu´ kepada Kami”.
Maka
dari itu, janganlah kita hanya terfokus pada rahmat dan ampunan saja, lalu
merasa aman dengannya. Jangan pula hanya terfokus pada beratnya hukuman Allah
dan Ketelitian-Nya terhadap kesalahan manusia yang sekecil apapun, sehingga
kita menyerah dan putus-asa. Akan tetapi, hendaknya kita melihat kepada
keduanya secara bersamaan dan mengambil jalan tengahnya.
Dengan
mengambil jalan tengah itu ( memadukan antara raja’ dan khauf ),
Allah telah menjamin hamba-hamba-Nya akan meraih sukses dunia dan akhirat.
Jalan tersebut memang sulit dilalui, namun lurus dan aman, serta langsung
menjurus pada keberhasilan hidup.
Jalan
tengah ini juga membawa para kekasih Allah ( orang-orang ahli ibadah )
memperoleh tahapan maghfirah, ihsan, dan akhir tujuan mereka, yakni Jannatul
Firdaus, ridha Allah, dan yang paling diharapkan oleh seluruh makhluq di
alam semesta, yakni melihat Allah Azza wa Jalla secara langsung. Kita
sebenarnya sudah sering mendengarkan firman Allah mengenai orang-orang yang
menempuh jalan ini dalam QS. As-Sajdah: 16 “Lambung mereka jauh dari
tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut
dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan ”.
Marilah
kita baca ayat-ayat al-Qur’an itu dengan penuh perhatian, dan marilah kita
siapkan diri kita untuk melaksanakan perintah Allah yang kita baca dalam
al-Qur’an, sebab tidaklah mudah untuk melalui jalan ini, dan hanya Allahlah
Dzat yang Maha Menolong lagi Maha Mengasihi. ( bimo )
semoga berhasil
BalasHapus